Suara Aisyah terdengar serak dan berat serta menahan tangis, sambil berkata: "Kaana kullu amrihi 'ajaba" (semua hal yang ada padanya selalu menakjubkan bagiku). Itulah pernyataan Aisyah ketika ditanya oleh Ibnu Umar ketika bertanya, "Ceritakanlah kepada kami, perkara yang paling mempesona, dari semua yang pernah engkau saksikan pada diri Rasulullah."
Pernahkah kita berpikir apa yang akan diucapkan oleh pasangan kita, anak-anak kita tentang ayah dan ibunya? Munkin saja mereka akan bingung menjawabnya atau akan spontan keluar dari mulut mereka dan mengatakan bahwa:
Itulah sepenggal narasi singkat tentang pendapat seorang anak-anak tentang ayah dan ibu mereka. Mudah-mudahan kita tidak seperti yang digambarkan oleh anak-anak kita seperti pada paragrap kedua tetapi seperti pada paragrap kesatu, seperti Aisyah menggambarkan tentang Rasulullah saw. Namun jika belum, jangan bersedih dan jangan gusar. sebelum terlambat mari kita segera berubah dan berikan dan luangkan waktu kita tuk bersama anak-anak kita.
Inspirationsbuch kali ini akan mengupas sedikit tentang buku yang berjudul "Saat Berharga untuk Anak Kita" karya emas dari Mohammad Fauzil Adhim yang diterbitkan oleh Pro-U Media pada tahun 2009 dengan tebal 277 halaman.
Cair, mengalir, dan akrab. Begitulah ungkapan yang muncul dari buku ini karena dalam buku tersebut tidak hanya menyajikan cara praktis mengasuh anak, namun lebih dari itu kaya dengan sentuhan hikmah. Terdapat renungan yang mencerahkan, ada saran yang mudah dicerna, dan disertai dengan pemaparan yang menggugah.
Banyak hal yang dapat kita pelajari dan gali dari buku ini. Apa saja itu, Yuk mari kita simak bersama-sama.
- memberikan nama yang baik
- mengajarkan al-Qur'an
Ayooo, sudahkah kita mengusap kepala anak kita hari ini? atau justru mengusap layar sentuh smartphone kita, yang tak pernah lepas dari genggaman.
Sudah berapa seringkah Anda mengabaikan permintaan mereka, lantaran mungkin Anda sibuk dengan hal-hal yang "penting" yang harus dilakukan menurut pendapat Anda dibandingkan dengan hal-hal yang "remeh temeh" keinginan seorang bocah.
Ingatlah, bahwa anak-anak ini tidak selamanya kecil, mereka akan tumbuh dan berkembang serta memiliki kehidupan dan teman. Hingga suatu saat, mereka akan sibuk dan riuh dengan dunia yang mungkin tidak akan pernah kita kenal sebelumnya. Dan pada saat itu, kita bukanlah siapa-siapa bagi mereka. Jangan sampai anak-anak kita menjadi anak yang tidak peduli kepada kita ketika dewasa kelak, karena ketidakpedulian kita kepada mereka di waktu kecil.
Waktu itu teramat singkat. Oleh karena itu, dalam waktu yang pendek ini segerakan untuk bisa mempersiapkan anak-anak kita dengan penuh pengasuhan dan pendidikan yang mencerdaskan akalnya dan mengenal Tuhannya dengan penuh suasana kebersamaan dan kasih sayang di tengah-tengah keluarga.
Jangan sampai anak-anak kita berhasil dalam persaingan kompetisi di dunia,..
Namun mereka abai terhadap kondisi orang tuanya yang kian lemah dan menua.
Namun mereka sibuk dengan gaduhnya kehidupan dunia
Namun mereka lupa menyiapkan untuk menjadi pemenang dalam kompetisi akhirat
Jangan sampai kita mengajarkan hafalan doa-doa...
Namun kita tidak membarengi mereka dengan pemahaman bahwa Allah-lah satu-satunya tempat memohon dan bersandar.
Jangan sampai pula kita meminta mereka menghafalkan ayat-ayat Al-Quran
Namun kita luput untuk membiasakan mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai pegangan hidup mereka.
Jangan sampai kita sibuk menyuruh anak-anak kita untuk les ini dan itu, hingga mereka menguasai berbagai ilmu.
Namun kita tidak menyiapkan jiwa-jjiwa mereka untuk mengabdikan ilmu dan amalnya di jalan Allah.
Sungguh semua itu akan sia-sia dan akan merugi.
Jadi, mari kita luruskan niat kita dalam mempersiapkan anak-anak kita menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah tuk menjadi generasi umat yang terbaik pembangun peradaban yang mulia untuk kebaikan di dunia dan akhirat.
Bisa jadi kita emosi pada mereka lantaran makan sambil berdiri, atau lupa berdoa, dll. Padahal, mungkin dalam kesehariannya, mungkin sudah begitu banyak hal-hal kebaikan yang telah dilakukannya dan luput dalam pandangan kita. Atau mungkin kita jarang memberikan apresiasi-apresiasi dan ucapan-ucapan pujian kepada anak-anak kita ketika berbuat kebaikan dan prestasi walaupun sekecil apapun.
Kita bisa melihat bagaimana Raasulullah pernah memberikan contoh teguran kepada Ummu AlFadhl, saat ia mengambil dengan kasar bayinya yang pipis di pangkuan Rasulullah. Dimana Rasulullah berkata, "Baju yang kotor ini akan bersih dengan air. Namun apa yang dapat membersihkan kekeruhan jiwa anak ini akibat renggutanmu yang kasar?".
Tetapi bukan berarti MARAH itu menjadi hal yang dilarang. Yang dilarang adalah ketika kita marah bukan untuk meluruskannya tetapi justru meluapkan emosi dan kejengkelan kita pada tindakannya yang salah (bahkan sampai menyakiti mereka secara fisik pada diri mereka). Jadilah marah harus bertujuan untuk mendidik mereka dalam proses pengasuhan anak.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menunjukkan kemarahan pada anak:
- Kenalkan konsekuensi, bukan ancaman
- Jangan mencela anak, tetapi cela perilakunya dan jelaskan mengapa perilaku itu buruk
- Ayah dan Ibu harus memiliki standar yang sama atau senada dalam menghadapi anak.
- Tetap berikan rasa aman dan nyaman dalam keluarga
Satu hal yang penting, tetaplah berpikir jernih saat memarahi anak. ketika kita berpikir jernih, maka kita bisa memilih kata dan mengucapkannya serta memberikan keputusan secara baik. Namun jika tidak, yang kita lakukan justru akan memperuncing masalah dan menambah rumit persoalan yang dihadapi.
Katakan kepada anak-anak kita bahwa ketika marah, sesungguhnya kemarahan itu merupakan wujud cinta dan kasih sayang Anda kepada mereka.
Karena apa yang kita nikmati saat ini adalah produk dari hasil tempaan yang panjang dari orang tua, guru-guru kita. Doa dan harapan-harapan mereka senantiasa selalu membasahi dan terucap dalam lisan-lisan mereka yang penuh dengan ketulusan dan keikhlasan disepanjang malam-malamnya yang terkadang tidak kita ketahui.
Inspirationsbuch pun menyadari bahwa banyak para orang tua berhasil mendidik anak-anak mereka buka karena kepandaian mereka dalam mendidik anak, namun sekali lagi karena doa-doa tulus mereka yang tidak pernah putus mendoakan anak-anaknya.
Contoh nyata yang sering kita jumpai di sekeliling kita:
" ***** "
Demikianlah inspirasi dan motivasi kuat yang inspirationsbuch peroleh dari karya ini. Semoga inspirasi ini dapat membangun dan menjalin kedekatan yang erat dan mendampingi anak menuju masa depan yang cerah untuk semua rekan-rekan sobat inspirationsbuch dimanapun Anda berada. Salam inspirasi dari inspirationsbuch.
[Inspirationsbuch, 20/01/2019]
Pernahkah kita berpikir apa yang akan diucapkan oleh pasangan kita, anak-anak kita tentang ayah dan ibunya? Munkin saja mereka akan bingung menjawabnya atau akan spontan keluar dari mulut mereka dan mengatakan bahwa:
- Ayahku galak dan jarang di rumah
- Ayahku sibuk sehingga jarang mengajakku bermain
- Ibuku sibuk dan asyik bermain dengan gadget-nya
- atau pendapat yang sebaliknya dari itu semua
- dan yang lainnya.
Itulah sepenggal narasi singkat tentang pendapat seorang anak-anak tentang ayah dan ibu mereka. Mudah-mudahan kita tidak seperti yang digambarkan oleh anak-anak kita seperti pada paragrap kedua tetapi seperti pada paragrap kesatu, seperti Aisyah menggambarkan tentang Rasulullah saw. Namun jika belum, jangan bersedih dan jangan gusar. sebelum terlambat mari kita segera berubah dan berikan dan luangkan waktu kita tuk bersama anak-anak kita.
Inspirationsbuch kali ini akan mengupas sedikit tentang buku yang berjudul "Saat Berharga untuk Anak Kita" karya emas dari Mohammad Fauzil Adhim yang diterbitkan oleh Pro-U Media pada tahun 2009 dengan tebal 277 halaman.
Cair, mengalir, dan akrab. Begitulah ungkapan yang muncul dari buku ini karena dalam buku tersebut tidak hanya menyajikan cara praktis mengasuh anak, namun lebih dari itu kaya dengan sentuhan hikmah. Terdapat renungan yang mencerahkan, ada saran yang mudah dicerna, dan disertai dengan pemaparan yang menggugah.
Banyak hal yang dapat kita pelajari dan gali dari buku ini. Apa saja itu, Yuk mari kita simak bersama-sama.
1. Renungkanlah, Waktu Kita Singkat dan Terbatas
Kita perlu melakukan perenungan serta mengevaluasi dengan segera, karena waktu kita amatlah singkat dan terbatas. Sudahkah kita memenuhi hak-hak mereka sebagai anak?? Ingatlah, pessan dari Umar bin Khattab yang mengatakan bahwa anak harus dipenuhi haknya oleh ayah mereka:- memilihkan ibu yang baik- memberikan nama yang baik
- mengajarkan al-Qur'an
Ayooo, sudahkah kita mengusap kepala anak kita hari ini? atau justru mengusap layar sentuh smartphone kita, yang tak pernah lepas dari genggaman.
Sudah berapa seringkah Anda mengabaikan permintaan mereka, lantaran mungkin Anda sibuk dengan hal-hal yang "penting" yang harus dilakukan menurut pendapat Anda dibandingkan dengan hal-hal yang "remeh temeh" keinginan seorang bocah.
Ingatlah, bahwa anak-anak ini tidak selamanya kecil, mereka akan tumbuh dan berkembang serta memiliki kehidupan dan teman. Hingga suatu saat, mereka akan sibuk dan riuh dengan dunia yang mungkin tidak akan pernah kita kenal sebelumnya. Dan pada saat itu, kita bukanlah siapa-siapa bagi mereka. Jangan sampai anak-anak kita menjadi anak yang tidak peduli kepada kita ketika dewasa kelak, karena ketidakpedulian kita kepada mereka di waktu kecil.
Waktu itu teramat singkat. Oleh karena itu, dalam waktu yang pendek ini segerakan untuk bisa mempersiapkan anak-anak kita dengan penuh pengasuhan dan pendidikan yang mencerdaskan akalnya dan mengenal Tuhannya dengan penuh suasana kebersamaan dan kasih sayang di tengah-tengah keluarga.
2. Luruskan Niat dalam Mendidik Anak-anak Kita
Pasti setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi anak yang sholih dan sholihah serta yang terbaik buat mereka. Oleh karena itu, maka luruskanlah niat kita dalam mempersiapkan anak-anak kita untuk menjadi generasi terbaik umat dan membangun peradaban mulia, serta dapat menisbatkan seluruh ilmu dan amalnya untuk kebaikan di dunia dan akhirat.Jangan sampai anak-anak kita berhasil dalam persaingan kompetisi di dunia,..
Namun mereka abai terhadap kondisi orang tuanya yang kian lemah dan menua.
Namun mereka sibuk dengan gaduhnya kehidupan dunia
Namun mereka lupa menyiapkan untuk menjadi pemenang dalam kompetisi akhirat
Jangan sampai kita mengajarkan hafalan doa-doa...
Namun kita tidak membarengi mereka dengan pemahaman bahwa Allah-lah satu-satunya tempat memohon dan bersandar.
Jangan sampai pula kita meminta mereka menghafalkan ayat-ayat Al-Quran
Namun kita luput untuk membiasakan mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai pegangan hidup mereka.
Jangan sampai kita sibuk menyuruh anak-anak kita untuk les ini dan itu, hingga mereka menguasai berbagai ilmu.
Namun kita tidak menyiapkan jiwa-jjiwa mereka untuk mengabdikan ilmu dan amalnya di jalan Allah.
Sungguh semua itu akan sia-sia dan akan merugi.
Jadi, mari kita luruskan niat kita dalam mempersiapkan anak-anak kita menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah tuk menjadi generasi umat yang terbaik pembangun peradaban yang mulia untuk kebaikan di dunia dan akhirat.
3. Teknik Mengendalikan Emosi dan Amarah
Pernahkah Anda tersulut emosinya ketika melihat anak-anak Anda berbuat salah? Terkadang ada yang mudah tersulut dan juga ada yang bisa mengendalikan amarahnya. Yang terpantik emosinya karena menyatakan agar mereka dapat belajar tentang aturan dan kedisiplinan. Namun, apakah sebaiknya kita jelaskan terlebih dahulu jenis kesalahan dan apa semestinya yang harus dilakukan. karena bisa jadi mereka belum tahu tentang kesalahan perbuatan yang dilakukan oleh anak-anak kita.Bisa jadi kita emosi pada mereka lantaran makan sambil berdiri, atau lupa berdoa, dll. Padahal, mungkin dalam kesehariannya, mungkin sudah begitu banyak hal-hal kebaikan yang telah dilakukannya dan luput dalam pandangan kita. Atau mungkin kita jarang memberikan apresiasi-apresiasi dan ucapan-ucapan pujian kepada anak-anak kita ketika berbuat kebaikan dan prestasi walaupun sekecil apapun.
Kita bisa melihat bagaimana Raasulullah pernah memberikan contoh teguran kepada Ummu AlFadhl, saat ia mengambil dengan kasar bayinya yang pipis di pangkuan Rasulullah. Dimana Rasulullah berkata, "Baju yang kotor ini akan bersih dengan air. Namun apa yang dapat membersihkan kekeruhan jiwa anak ini akibat renggutanmu yang kasar?".
"Di balik penghormatan Nabi saw pada hak anak, ada kebaikan yang sangat besar. Ketika hak mereka dijaga, mereka akan menemukan rasa aman, dan belajar menghormati hak orang lain" - Mohammad Fauzil Adhim -
Tetapi bukan berarti MARAH itu menjadi hal yang dilarang. Yang dilarang adalah ketika kita marah bukan untuk meluruskannya tetapi justru meluapkan emosi dan kejengkelan kita pada tindakannya yang salah (bahkan sampai menyakiti mereka secara fisik pada diri mereka). Jadilah marah harus bertujuan untuk mendidik mereka dalam proses pengasuhan anak.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menunjukkan kemarahan pada anak:
- Kenalkan konsekuensi, bukan ancaman
- Jangan mencela anak, tetapi cela perilakunya dan jelaskan mengapa perilaku itu buruk
- Ayah dan Ibu harus memiliki standar yang sama atau senada dalam menghadapi anak.
- Tetap berikan rasa aman dan nyaman dalam keluarga
Satu hal yang penting, tetaplah berpikir jernih saat memarahi anak. ketika kita berpikir jernih, maka kita bisa memilih kata dan mengucapkannya serta memberikan keputusan secara baik. Namun jika tidak, yang kita lakukan justru akan memperuncing masalah dan menambah rumit persoalan yang dihadapi.
Katakan kepada anak-anak kita bahwa ketika marah, sesungguhnya kemarahan itu merupakan wujud cinta dan kasih sayang Anda kepada mereka.
4. Modal Penting: Doa dan Bekal Keimanan
Bisa jadi kita bisa menjadi manusia yang baik, tak sempurna namun bisa membawa angin kebaikan bagi sesama saat ini, pandai bersyukur kepada Allah. Namun ingatlah, bahwa itu semua bukan semata dari prestasi kita semata dan juga bukan berarti kita tanpa cela.Karena apa yang kita nikmati saat ini adalah produk dari hasil tempaan yang panjang dari orang tua, guru-guru kita. Doa dan harapan-harapan mereka senantiasa selalu membasahi dan terucap dalam lisan-lisan mereka yang penuh dengan ketulusan dan keikhlasan disepanjang malam-malamnya yang terkadang tidak kita ketahui.
Inspirationsbuch pun menyadari bahwa banyak para orang tua berhasil mendidik anak-anak mereka buka karena kepandaian mereka dalam mendidik anak, namun sekali lagi karena doa-doa tulus mereka yang tidak pernah putus mendoakan anak-anaknya.
Contoh nyata yang sering kita jumpai di sekeliling kita:
- Seorang ibu atau ayah yang berpuasa agar anak-anak mereka berhasil dalam ujian tes mereka atau yang lainnya.
- Keteguhan seorang ayah yang selalu menjaga sumber-sumber rezeki dan harta keluarga mereka dari yang "syubhat" agar Allah meridhoi dan memberikan keberkahan dalam keluarganya serta Allah memberikan penjagaan yang kuat pada jiwa anak-anaknya agar senantiasa berada dalam jalan yang lurus sesuai ketentuan syariat Allah.
" ***** "
Demikianlah inspirasi dan motivasi kuat yang inspirationsbuch peroleh dari karya ini. Semoga inspirasi ini dapat membangun dan menjalin kedekatan yang erat dan mendampingi anak menuju masa depan yang cerah untuk semua rekan-rekan sobat inspirationsbuch dimanapun Anda berada. Salam inspirasi dari inspirationsbuch.
[Inspirationsbuch, 20/01/2019]
No comments:
Post a Comment