Agritusi tertarik untuk membaca buku freakonomics karena kita bisa memahami bagaimana “ekonomi” bisa dipakai sebagai lensa untuk melihat fenomena sehari-hari yang mungkin tampak biasa saja, namun kita dpt menemukan bahwa di baliknya ada insentif, perilaku, dan pola yang menarik. Jadi ini bisa memberikan inspirasi bagaimana “pertanyaan yang baik” bisa muncul dari pengamatan praktis di lapangan, bukan hanya dari teori yang sudah mapan.
Buku Freakonomics dibuka dengan satu pertanyaan yang sederhana namun mengguncang cara berpikir kita: “Apa yang terjadi jika prinsip ekonomi diterapkan untuk memahami hal-hal yang tampaknya tidak berhubungan sama sekali?”
Steven D. Levitt, seorang ekonom “nakal” dari Universitas Chicago, dan Stephen J. Dubner, seorang jurnalis yang pandai bercerita, berkolaborasi untuk menunjukkan bahwa ekonomi bukan sekadar grafik permintaan-penawaran, tetapi cara berpikir logis untuk memahami perilaku manusia.
Levitt dan Dubner menolak pandangan bahwa ekonomi hanya membahas uang dan pasar. Bagi mereka, ekonomi adalah ilmu tentang insentif — dorongan yang membuat orang bertindak. Insentif bisa berbentuk uang (ekonomi), penghargaan sosial (moral), atau rasa malu dan takut (psikologis). Begitu kita memahami insentif, kita bisa “membaca” pola tersembunyi di balik perilaku yang tampaknya acak: dari korupsi guru sekolah hingga keputusan orang tua menamai anaknya.
Dalam pengantar bukunya tersebut, penulis memperkenalkan lima prinsip utama yang menjadi fondasi buku:
- Insentif menggerakkan dunia. Semua perilaku memiliki motivasi tersembunyi.
- Kebijaksanaan umum sering salah. Banyak hal yang kita anggap benar ternyata hanyalah mitos sosial.
- Efek besar sering berasal dari sebab yang jauh dan tak disangka.
- Ahli dan lembaga punya kepentingan sendiri dalam informasi.
- Data dapat membongkar rahasia perilaku manusia.
Refleksi untuk Dunia Pertanian & Dakwah
Bagi saya yg berkecimpung di dunia akademik sbg seorang pendidik dan juga praktisi irigasi pertanian, bab pengantar ini membuka kesadaran penting: bahwa masalah lapangan sering punya sebab tersembunyi. Misalnya sepert ini:
Kenapa petani terkadang tetap memakai cara lama padahal ada teknologi baru?
Kenapa bantuan irigasi gagal di lapangan?
Mungkin jawabannya bukan “kurang pengetahuan”, tapi karena insentif ekonomi dan sosialnya tidak selaras.
Dan adapun dalam dunia dakwah, Freakonomics mengajarkan satu hal penting: jangan puas dengan permukaan perilaku manusia yg muncul di permukaannya saja. Untuk memperbaiki masyarakat, kita perlu memahami “insentif batin” yang menggerakkan mereka — antara takut, cinta, dan kepentingan. Itulah pentingnya dakwah pemikiran tuk mengubah pemikiran atau mafhum seseorang agar mereka mampu bangkit. [AT]
Freakonomics: A Rogue Economist Explores the Hidden Side of Everything

No comments:
Post a Comment